Minggu, 22 Februari 2009

Kenapa Produk Pertanian Kalah Bersaing?

Kalau mau iseng-iseng mikir coba cari sebabnya kenapa produk pertanian di Indonesia, katakanlah beras, kalah bersaing alias kalah populer dibandingkan produk-produk lain terutama elektronik, seperti komputer. Memang kelihatannya kurang fair membandingkan dua produk ini tapi tak ada salahnya khan kalau sedikit kita usil.... .

Setahun yang lalu......katakanlah harga beras seliter Rp. 2000,-. Harga komputer katakanlah Rp. 5 Juta,-. Tapi yang terjadi setahun kemudian.......harga beras dengan 'nama' yang sama naik jadi Rp. 3000,- itu juga tidak semuanya beras...terkadang juga bercampur dengan batu, gabah dan binatang-binatang yang merayap di atasnya. Itu yang terjadi pada produk pertanian ...kalo pada komputer...?. Setahun berlalu.....dengan mengeluarkan uang yang sama besarnya, akan didapatkan komputer dengan mutu lebih baik, prosesor terbaru.....dan akan membuat orang menyesal keburu-buru pengen beli komputer tahun kemaren.

Ilustras di atas tentu saja bukan untuk mengejek produsen atau penjual beras (yang nakal) tapi sekedar untuk mengingatkan kenapa pertanian kita jadi amburadul begini. Inovasi.....alias terus-menerus melakukan perbaikan kayaknya belum sempat kita lakukan. Efiisiensi dalam kerja dan kegiatan produksi juga harus mulai kita pikirkan. Bagaimana kita mau berkompetisi kalau harga makin melambung sedangkan mutu makin merosot.....kalau yang namanya beli beras harus bilang 'Ga' pake Batu'.

Coba tengok tetangga kita Vietnam... . Tahun 70-an mereka masih sibuk perang....Amerika membungihanguskan bumi Vietnam. Kita di Indonesia.....dengan booming minyak saat itu.......Indonesia dapat dikatakan telah cukup makmur dibandingkan Vietnam. Tapi tunggu......itu dulu..... . Sekarang, bagaimana... ?. Sekarang yang terjadi adalah sebaliknya. Kalau dulu tahun 1980-an Indonesia dikatakan telah swasembada pangan (yang benar tidaknya saya juga kurang tahu), tapi sekarang......walah mak.....Indonesia mengimpor beras dari Vietnam......Indonesia menukar pesawat dengan beras dengan Thailand....untuk bikin tempe Indonesia masih saja mengimpor kedelai transgenik dari Amerika (yang satu bilang tempe bagus untuk kesehatan..yang satu bilang produk transgenik berbahaya bagi manusia) dan.....gula yang menjadi komoditas ekspor andalan Belanda yang kebanyakan jaman baheula alias jaman dulu berasal dari Indonesia....kini tinggal sejarah...karena Indonesia terus-menerus impor gula.

Kalau mau lebih jeli lagi bandingkan harga jeruk impor di supermarket dengan jeruk lokal. Dengan beban pajak dan ongkos kirim yang harus dipikul oleh buah impor.....namun harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan produk lokal. Gimana konsumen tidak tergiur..apalagi dengan bentuk dan warna yang menarik. Soal rasa....tidak perlu diragukan lagi.

Inovasi.....perbaikan terus-menerus untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas produksi pertanian menjadi kuncinya. Nah...tinggal Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang punya kewenangan....punya keahlian.....mau tidak bersama-sama melakukannya... . Tidak usah mencari banyak orang untuk memulainya......saya sudah memulainya dengan mengangkat tangan untuk ikut bergabung...... Bagaimana dengan lain.....ada yang mau bergabung ?????....angkat tangan.........!!!!!!!. Nah.....gitu......dong ikutan angkat tangan.... . Loh...itu yang dibelakang kok ga ikutan angkat tangan ???. Oooohhhhh.....lagi sakit gigi ya.......he..he.he..boleh kok kalau mau lihat-lihat dulu....baru nanti ikut bergabung............... .

Ya...ya..ya...memang semuanya serba asal dan sedikit usil.....tapi kapan lagi kalau tidak sekarang dimulainya....benar tidak.... ????.

Tidak ada komentar: