Rabu, 28 Januari 2009

BERAS ORGANIK HIJAU

Adalah beras yang dihasilkan dari proses budidaya secara alami tradisional dengan mempertimbangkan keseimbangan alam.
PROSES PENGELOLAAN






TAHAPAN BUDIDAYA
1. IDENTIFIKASI POTENSI EKOSISTEM
2. PENGOLAHAN LAHAN
3. PEMBENIHAN
4. PENGELOLAAN PUPUK
5. PROSES BUDIDAYA
6. PENGELOLAAN HASIL

Pengolahan Lahan

1. Pengolahan lahan dengan memperhatikan prinsip Ekologi Tanah dan Ekosistem di dalam tanah.
2. Pemupukan dengan pupuk alami ( kompos, kotoran ternak, atau bahan organik yang ada disekitar kita).

PEMBENIHAN
1. Benih diperoleh dari benih unggul lokal.
2. Benih dihasilkan dari Sekolah Lapang Pembenihan.

PENGELOLAAN PUPUK
1. Pupuk diperoleh dari proses pengomposan, kotoran ternak dan pupuk hijau.
2. Penggunaan pupuk alami 20 ton / ha.
3. Diberikan pada fase pembibitan dan fase pertumbuhan tanaman dilahan.
PROSES BUDIDAYA
a. Proses Budidaya :
Pembudidayaan dengan menerapkan prinsip-prinsip Sekolah Lapang PHT.
Pengobatan alami dapat diterapkan sebagai pilihan akhir.
b. Proses Panen :
Panen dilakukan secara cermat dibedakan antara panenan untuk benih dan untuk konsumsi, untuk benih lebih tua 7 hari dari untuk konsumsi.
Tanda panen untuk konsumsi bulir telah menguning 80%-90% (remegap).
Pengelolaan Hasil Panen

1. Penjemuran : dijemur 3 kali dengan ketebalan 2 -3 cm, menggunakan alas dan didapat kadar air gabah maks. 15%.
2. Penyimpanan : Penyimpanan diberi alas setinggi 0.5 m dari dasar lantai.
3. Penggilingan : Sebelum digiling dijemur selama 2 jam, sehingga beras yang dihasilkan utuh dengan kadar air 10% - 12%.
4. Prosesing beras : Beras disaring dan diblower, sehingga menghasilkan beras yang bersih dengan kadar menir maks. 7%.
5. Packing : Beras dikemas dalam kemasan 5 kg, 2 kg, 25 kg atau sesuai permintaan konsumen.
6. Beras dijamin sehat tanpa pengawet dan bahan pemutih

Prinsip-prinsip Pertanian Organik There are no translations available.

Prakata

Kelompok tani dampingan lesman yand berada di 3 kabupaten selama ini mengembangkan budidaya pertanian dengan Prinsip-prinsip pertanian organik atau alami. Hal ini dilakukan oleh kelompok tani dampingan lesman untuk mengembangkan pinsip-prinsip dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip dasar ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara global. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilai-nilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian. Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang.
Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang digunakan di seluruh dunia.

Pertanian organik didasarkan pada:

Prinsip kesehatan

Prinsip ekologi

Prinsip keadilan

Prinsip perlindungan

Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip etis yang mengilhami tindakan.


Prinsip Kesehatan

Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.

Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.

Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.


Prinsip Ekologi

Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.

Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.

Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air.


Prinsip Keadilan

Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain.

Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen.

Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.

Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.

Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.


Prinsip Perlindungan

Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.

Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif.

Pertanian Berkelanjutan adalah Masa Depan Kita

Sabtu, 03-01-2009 07:28:23 oleh: Mediansyah
Kanal: Iptek

Setiap musim tanam selalu saja petani kita “berteriak” memelas karena pupuk langka. Sering pula hama yang ada berubah makin ganas dan menjadi kebal terhadap “obat” pertanian yang ada. Kemudian, walaupun ada sebagian petani dengan bercocok tanam secara organik, namun ternyata pupuk organik sulit didapat dan tergantung juga pada produsen pupuk (organik). Ketiga hal ini paling tidak menunjukkan bahwa pola pertanian kita masih jauh dari standar berkelanjutan.

Ada beberapa definisi yang menjelaskan batasan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Secara garis besar Zamor (1995) mengemukakan kriteria sistem pertanian berkelanjutan, yakni:

Keberlanjutan Secara Ekonomi

Pola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian.

Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata.

Jadi kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita beberapa alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan. Di beberapa tempat lain, system pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan keluar.

Keberlanjutan Ekologi

Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).

Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali sehari oleh petani.

Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan konsumen.

Hal lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis ini dapat menyebabkan tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga generasi hama berikutnya tidak lagi mempan disemprot dengan dosis yang sama, atau pestisida yang sama. Di lapangan dijumpai kebiasaan petani meng-oplos berbagai merk pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih ampuh (dalam banyak kasus, justeru penyuluh pertanianlah yang mengajarkan petani akan perihal berbahaya ini).

Selain berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat mutlak sistem pertanian berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian dengan budaya lokal. Yakni penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat perlakuan adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih tegas atas hak petani dalam penguasaan lahan, benih dan teknologi lokal yang sering “dibajak” oleh kaum pemodal.

Sistem yang harus dibangun juga menyediakan fasilitas untuk mengakses informasi, pasar dan sumberdaya yang terkait pertanian. Hal mana harus menjamin “harga keringat petani” untuk mendapat nilai tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga tani dan keberlanjutan modal usaha tani.

Khususnya akses atas lahan harus kembali dievaluasi dalam rangka menegakkan keadilan, dengan tanpa membedakan jenis kelamin, posisi sosial, agama dan etnis. Contoh adanya ketimpangan keadilan adalah (dalam konvensi di Indonesia?) bila si istri melakukan transaksi hak atas tanah, oleh Notaris akan dimintakan surat kuasa dari suaminya.

Sementara itu, budaya pertanian lokal sering kali dilecehkan. Misalnya, sistem ladang berpindah orang Dayak sering dituduh merusak lingkungan (yang benar, orang Dayak menggilirkan lahan secara berputar/siklus, bukan berladang berpindah-pindah). Padahal sistem itu justeru melestarikan lingkungan dan sudah teruji berabad-abad. Namun kebiasaan orang Dayak menggulirkan siklus lahan ini dijadikan kambing hitam atas dosa lingkungan dari jaringan penjarah kayu serta penjarah hutan hak ulayat suku.

Praktik Pertanian Berkelanjutan

Sebenarnya, dalam ekosistem terdapat komponen biotik, baik flora maupun fauna yang menyediakan jasa ekologi seperti: Proses dekomposisi bahan organik (daur ulang unsur hara) guna mempertahankan kesuburan tanah. Alam juga telah menyediakan pengatur dan pengendali populasi hama dan penyebab penyakit tanaman. Kemudian, alam menyediakan proses penyerbukan oleh serangga/hewan penyerbuk yang menjaga keberlanjutan reproduksi tanaman.

Kesemua hal di atas itu (anggota penyusun komponen biotik) berinteraksi sesuai proses evolusi ekosistem. Apabila satu komponen hilang akan timbul goncangan ekologi yang ditandai pelonjakan salah satu komponen (misal hama), atau proses perkembangan ekosistem berjalan tidak normal (Misal: karena input pestisida dan pupuk kimia yang ngawur, tanah menjadi tidak gembur karena kehilangan mikroba pengurai).

Indikator sukses

Selama ini indikator sukses pertanian kita adalah sekadar jumlah atau hasil produksi pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan, tujuan yang ingin dicapai bukanlah sekadar target produksi jangka pendek, tetapi lebih ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang.

Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian berkelanjutan adalah dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi dalam ekosistem.

Untuk inilah, kini saatnya (terutama) para penyuluh pertanian untuk mengajari petani kita (yang sudah lupa) cara-cara mengembangkan kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama alami dan pengoptimalisasi peran musuh alami, pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola tanam, mengatur waktu tanam yang tepat) guna memanipulasi interaksi musim-tanaman-hama.

Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak rakus pupuk dan relative tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas unggul lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi.

Kiranya, masih ada harapan di Indonesia, untuk mempertahankan keberadaan ekosistem pertanian, memelihara potensinya untuk jangka waktu lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, akan dapat memberi keuntungan terus-menerus (jangka panjang dan turun temurun) pula.



Daftar Pustaka:

Blake, F. 1994. Oerganic farming growing. The Crowood Press Ltd. Wiltshire. U.K.

Fukuoka, M. 1991. Revolusi Sebatang Jerami: Sebuah Pengantar Menuju Pertanian Alami (Terjemahan S. Hardjosoediro), yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Zamor,O.B. 1995. Contextualizing the Indicators of Sustainable Agriculture. Working Paper on The Sustainable Agriculture Indicator Workshop on May 30, 1995. SEAMO Regional Centre for Graduade Study and Research in Agriculture.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN

Oleh :

Made Suwena
G.361020041



I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha-usaha pokok yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian sesuai dengan wawasan yang telah digariskan, antara lain adalah diversifikasi, ekstensifikasi, dan intensifikasi

Dalam melaksakan usaha-usaha tersebut seringkali dijumpai beberapa kendala, misalnya dalam diversifikasi terbatasannya ketersediaan karbohidrat dalam bentuk siap saji, baik dalam bentuk macam hidangan yang diolah, harga yang dapat dijangkau masyarakat maupun sebagai bahan industri. Hal ini terjadi karena dewasa ini orientasi pangan masyarakat masih betitik berat pada beras. Usaha ekstensifikasi atau perluasan lahan pertanian dihadapkan pada semakin berkurangnya lahan-lahan produktif dari tahun ketahun akibat dari pemanfaatan lahan untuk keperluan non pertanian, seperti untuk perumahan, industri perkantoran dan sebagainya. Sedangkan usaha intensifikasi sering mengalami kendala, akibat dari penerapan paket teknologi yang kurang tepat dalam penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan dosis jauh lebih tinggi dari dosis anjuran, sehingga dapat menurunkan efesiensi usahatani dan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Dalam usaha intensifikas, anggapan petani bahwa penggunaan bahan kimia buatan baik pupuk maupun pestisida adalah satu-satunya alat yang dapat meningkatan produksi pertanian sangatlah berbahaya, karena bagaimanapun juga bahan-bahan kimia ini dapat merusak ekosistem pertanian. Menurut Muntoyoh (1994), pupuk kimia dan pestisida pada kenyataannya memang dapat meningkatkan produksi pertanian. Namun hal ini hanya berlangsung dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang bahan-bahan tersebut dapat menurunkan produksi pertanian baik secara kualitas mapun kuantitas. Dampak yang lebih parah adalah mengakibatkan kerusakan pada tanah hingga tidak dapat lagi dipergunakan untuk kehidupan tanaman sebagai akibat dari akumulasi residu kimia di dalam tanah, serta timbulnya hama dan penyakit baru yang menyerang tanaman.

Dalam kaitannya dengan efesiensi usahatani dan menanggulangi bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia tersebut, dewasa ini banyak ahli pertanian mencoba menerapkan kembali prinsip-prinsip pertanian alami yang pernah diterapkan oleh nenek moyang dahulu yang dikenal dengan cara bertani akrab lingkungan.

Petanian akrab lingkungan (Natural Farming) adalah suatu cara bertani yang tidak merusak ekosistem alami untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat dan cara berkesinambungan, tanpa atau dengan mengurangi penggunan pestisida, pupuk kimia dan zat-zat kimia lainnya. Pandangan dari cara bertani ini adalah sistematis dengan tujuan untuk mengenal jaringan yang berfungsi yang terdapat didalamnya. Dengan demikian, dalam menilai kondisi ekologis tidak hanya skala ekologis yang berlaku akan tetapi hubungan antara manusia dan alam yang sifatnya normatif – kultural, hiegenis – medis, politis dan teknologis haruslah diperhitungkan dalam tingkat yang sama (Egger, 1987).

Organissasi yang bergerak dalam pertanian yang berwawasan lingkungan dikenal dengan berbagai nama, diantaranya dikenal dengan : pertanian organik, pertanian alternatif, pertanian biaya rendah, pertanian berkelanjutan, pertanian terpadu, pertanian akrab lingkungan (Wididana, 1994), low sustainable agriculture atau yang lebih dikenal dengan LISA (Silitonga, 1994), bertani selaras alam (ekofarming)

Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu keluaran dari setiap produk persatuan (baik satuan total maupun tambahan) terhadap setiap masukan atau faktor produksi tertentu, misalnya sebagai hasil per satuan benih, tenaga kerja, atau air selain terhadap satuan luas lahan (Hildebran, 1987).



B. Permasalahan

Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan-bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan disamping membutuhkan biaya usahatani yang tinggi, juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Penggunaan pupuk dan pestisida di luar kontrol akan dapat merusak tanah dan tolerannya suatu jenis hama dan penyakit tertentu terhadap pestisida disamping juga dapat menghilangkan jenis predator dan parasitoid yang bermanfaat. Bahan-bahan kimia tersebut dapat tetap tinggal sebagai residu pada hasil tanaman, tanah tercuci ke dalam air sungai akibatnya dapat berbahaya bagi kehidupan manusia maupun hewan. Di lain pihak, lahan pertanian produktif semakin sempit akibat dimanfaatkan untuk keperluan non pertanian.

Dari uraian di atas, maka dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang ada dan akan muncul dalam usaha peningkatan produksi pertanian selama ini, yaitu dintaranya :

1.Penggunaan paket teknologi seperti pupuk anorganik dan pestisida secara tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, disamping dibutuhkan biaya usahatani yang tinggi.

2.Lahan pertanian produktif semakin sempit sementara pergeseran ke arah lahan marginal dibutuhkan penambahan paket teknologi yang khusus, yang berrti diperlukan kemampuan (skill) dan input yang lebih tinggi.

3.Sistem pertanian secara monokultur akibat terpaku pada usahatani padi menyebabkan terkuranya unsur-unsur hara tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanah, disamping juga kenutuhan keragaman pangan tidak terpenuhi.

Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, guna mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan, maka pengelaolaan sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi mutlak dilakukan. Pertanyaan yang timbul kiranya langkah-langkah apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut ?



C. Tujuan

Sehubungan dengan permasahan-permasalahan yang dihadapi dalam usaha pembangunan petanian yang berwawasan lingkunga, dikaitkan dengan beberapa alternatif pemecahan masalah yang akan dikemukan pada bab II berikut, maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengkaji lebih jauh peluang-peluang yang mungkin dapat dilakukan dalam usaha meningkatkan produktivitas lahan dengan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan.



II. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Beberapa alternatif yang dapat dikemukakan dalam usaha peningkatan produktivitas lahan pertanian dengan sistem akrab lingkungan menurut Fukoka (1994), adalah tanpa pengolahan tanah, tanpa pupuk kimia, tanpa mengholangkan gulma dengan mengerjakan tanah atau dengan herbisida, dan tidak tergantung pada bahan-bahan kimia. Hal ini dapat dilakuan melalui penanaman secara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan pemanfaatan bahan organik :



A. Bercocok Tanam Secara Tumpangsari

Bertani secara tumpangsari adalah penanaman dua atau lebih jenis tanaman sekaligus pada sebidang tanah yang sama dan pada hakekatnya merupakan usaha tani yang intensif berdasarkan pemanfaatan waktu dan ruang tumbuh (Andrews dan Kassam, 1979).

Intensifikasi dengan cara ini dapat meningkatkan hasil per satuan luas pahan persatuan waktu, mengurangi resiko kegagalan panen, serta meningkatkan produksi lahan, tenaga, waktu dan sumber usahatani yang tersedia selama satu musim tanam (Thahir dan Hatmadi, 1986).

Tumpangsari tanaman leguminosa dengan serelia merupakan suatu kombinasi yang telah umum dilakukan oleh petani. Menurut Trenbath (1976), penggunaan tanaman leguminosa seeprti kacang-kacangan sebagai tanaman sela dapat menguntungkan bagi tanaman pokok, karena banyak menghasilkan nitrogen, dapat memperbaiki struktur tanah serta dapat menekan tumbuhnya rumput-rumputan. Selanjutnya Lingga (1986) menyatakan, bintil-bintil akar yang umumnya erdapat pada tanaman leguminosa juka bersimbiose dengan tanaman lain mempunyai kemampuan mengikat unsur nitrogen dari udara bebas. Hal ini sangat menguntungkan, selain dapat menambah nitrogen dalam tanah juga dapat memenuhi kebutuhan nitrogen bagi tanaman lain (Munandar, 1984). Seperti diktahui, unsur nitrogen merupakan unsur makro yang paling menonjol diantara unsur-unsur yang diprlukan oleh tanaman. Menurut Gardner, Pearce dan Mitchell (1985) pertanian sangat tergantung pada nitrogen yang dihasilkan oleh organisme yang mampu menambat nitrogen untuk produksi tanaman budidaya.

Chapman dan Myers (1987) menyatakan bahwa hasil fiksasi nitrogen oleh legum dalam tumpangsari dapat tersedia bagi tanaman nono legum yang berada di sekitarnya selama musim pertumbuhannya. Pembususkan akar dan nodul erupakan hal penting dalam tranfer nitrogen, walaupun organ-organ tersebut umumnya mengandung hanya sebagian kecil dari total tanaman. Sebagai contoh, hanya 3 – 40 kg nitrogen per hektar mungkin yang terdapat dalam bintil akar legum yang ditumbuhkan di lapangan.

Selain keuntungan dalam bentuk kontribusi nitrogen yang dapat diberikan dalam penanaman secara tumpangsari, juga dapat mematahkan siklus hidup dari patgen atau hama tertentu melalui rotasi tanaman (Palaniappan, 1988). Dengan adanya rotasi tanaman berarti sumber makanan inang hama maupun penyakit menjadi tidak ada atau berkurang sehingga perkembangan dari organisme pengganggu tanaman tersebut menjadi terhambat (Alexander, 1977). Masih banyak keunggulan-keunggulan yang lain didapat dari penanaman secara tumpangsari seperti keanekaragaman hasil panen, efesiensi dalam tenaga, modal dan sebagainya.



B. Pemanfaatan Biofertilizer

Beberapa penelitian untuk menghasilkan teknologi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan tanpa menggunakan pupuk kimia buatan telah banyak di lakukan. Salah satu teknologi yang saat ini dikembangkan adalaha pengelolaan hara terpadu yang mendukung pemupukan organik dan pemanfaatan biofertilizer.

Pengertian biofertilizer secara umum adalah pemanfaatan strain-strain unggul baik berupa sel hidup ataupun dalam bentuk laten dari mikroba penambat nitrogen (N), mikroba pelarut phosphat (P), atau mikroba perombak selulosa yang diberikan ke biji, tanah ataupun tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan jumlah mikroba dan mempercepat proses terjadinya hara bagi tanaman. Biofertilizer yang umum digunakan adalah effective microorganisms (EM), inokulum Rhizogin, Azotobacter, Pseudomonas, Bacillus, Trichoderma, dan VA Mycorrhiza. Pemanfaatan biofertilizer yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dan organik memberikan prospek cukup baik untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah (Prihatini, Kentjanasari, dan Sri Adiningsih, 1966).

Effective microorganisms (EM) merupakan salah satu jenis biofertolizer yang dikemas dalam larutan sebagai EM-3, EM-4, dan EM-5. Namun yang paling dikenal dikalangan petani adalah EM-4. EM-4 diformulasikan dalam bentuk cairan dengan warna coklat kekuning-kuningan, berbau asam mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp dan tiga jenis mikroorganisme lainnya, yaitu bakteri fotosintetik, streptomyces sp, dan yeast (mikroorganisme fermentasi). Mikroorganisme tersebut dalam fase istirahat dan bila diaplikasikan dapat dengan cepat menjadi aktif merombak bahan organik dalam tanah. Hasil rombakan bahan organik tersebut berupa senyawa organik, antibiotik (alkohol dan asam laktat) vitamin (A dan C), dan polisakarida (Higa dan Wididana, 1994). Selain menghasilkan senyawa-senyawa organik tersebut, EM-4 juga dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat, mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap patogen, serta dapat, menekan pertumbuhan jamur patagen tular tanah (Wididana dan Higa, 1993; Muntoyah, 1994).

Penggunaan effective microorganisms di dalam tanah hampir sama pengarunya dengan rotasi tanaman. Penerapan rotasi tanaman dapat memberikan kesempatan bagi mikrooganisme yang menguntungkan untuk beregenerasi sehingga dapat menekan mikroorganisme yang merugikan tanaamn. Dengan penambahan microorganisme kedalam tanah berarti pola tanam monokultur secara kontinyu dapat dilakukan tanpa mengakibatkan penurunan produksi tanaman (Higa, 1994)

Pencampuran bahan organik seperti pupuk kandang atau limbah rumah tangga dan limbah pertanian dengan EM-4 merupakan pupuk organik yang sangat efektif untuk meningkatkan produksi pertanian. Campuran ini disamping dapat sebagai starter mikroorganisme yang menguntungkan yang ada di dalam tanah juga dapat memberikan respon positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wididana, Wigenasantana dan Higa, 1994)



C. Bahan Organik

Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, sehingga unsur C merupakan penyususn utama dari bahan organik tersebut yang berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida. Melaui penambahan bahan organik, tanah yang mulanya berat menjadi berstruktur remah yang realtif lebih ringan. Infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat, sehingga aliran permukaan dan erosi dapat diperkecil, demikian pula aerasi tanah dapat lebih baik karena ruang pori bertambah akibat dari terbentuknya agregat (Sugito, Nuraini, dan Nurhayati). Bahan organik juga berfungsi sebagai bahan nutrisi bagi makro dan mikro fauna (Prihatini, Kentjanasari, dan Sri Adiningsih, 1996).Kondisi demikian ini pada akhirnya akan dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diusahakan.



III. P E N U T U P

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam rangka usaha peningkatan produktivitas lahan melalui sitem bertani akrab lingkungan, masih banyak kiranya permasalahan-permasalahan yang berlum terungkap, sebagai contoh dalam penerapan sistem tumpangsari kejelian pemilihan antar jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan, kesesuain waktu tanam, jarak tanam, pola penanaman, populasi tanaman, dan sebagainya. Demikian halnya dengan penggunaan biofertilizer maupun bahan organik, ketepatan dosis, macam atau jenis biofertilizer atau bahan organik, dan waktu aplikasinya kesenuanya itu akan sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman yang diusahakan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam.

Secara ringkas dapat dikemukakan kesimpulan dari tulisan ini, yaitu :

1.Pemanfaatan teknologi bahan-bahan kimia, seperti pupuk dan pestisida dapat menurunkan produktivitas lahan dan pencemaran lingkungan.

2.Usaha peningkatan produktivitas lahan yang berorientasi akrab lingkungan dapat ditempuh melalui perbaikan cara bercocok bertanam, diantaranya dengan cara tumpangsari, penggunaan biofertilizer, dan penggunaan pupuk organik.

Dari urain di atas diharapkan dapat membuka cakrawala berfikir kita semua baik sebagai peneliti, petani, atau semua orang yang bergerak dalam bidang pertanian dan penyelamat lingkungan terutama terhadap aspek-aspek yang belum dikaji, sehingga akhirnya produksi pertanian terus dapat ditingkatkan dengan tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.



DAFTAR PUSATAKA



Alexander, M., 1977. Introduction to Soil Microbiology. Second Edition. Cornel University, USA

Andrews, D.J. and A.H. Kassam, 1976. The Importance of Multiple Cropping in Increasing World Food Supplies. Matthias Satelly (ed). Multiple Cropping American Society of Agronomy. Crop Science Society of America and Soil Science of America Inc. Visconsin.

Chapmen A.L. and R.J.K Myers, 1987. Nitrogen Contribution by Grain Legumes to Rice Growth in Rotation on the Cucunura Soil of the Ord Irigation Area West Australia. Aust. J.Exp.Agric (27): 155 – 163.

Eggar, K., 1987. Berbagai Cara dan Kemungkinan Pelaksanaan Ekofarming di Daerah Pegunungan Afrika Timur. Penyunting Joachim Metzner & N. Daldjoeni. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 211 – 260

Fukoka, M., 1994. Empat Azas Bertani Alami. Kyusei Nature Farming, 03 (2) : 42 – 46.

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell, 1985. Physiology of Crop Plant. Iowa, State University Press.

Higa, T., 1994. Effective Microorganisms. Dimensi Baru dalam Kyusei Nature Farming, Jakarta.

Higa, T., dan G. N. Wididana,1994. Effective Microorganisms. Dimensi Baru dalam Kyusei Nature Farming. Tumbuh, Jakarta.

Hildebrand, P. E., 1987. Sistem Bertanam Tumpang Gilir ; Segi Ekonomi dan Agronomi Ekofarming. Penyunting Joachim Metzner & N. Daldjoeni. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta : 401 – 420

Lingga P., 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta

Munandar, R., 1984. Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Sinar Baru, Bandung.

Muntoya, 1994. Menuju Pertanian Alami dengan Teknologi Effective Microorganisms. Tumbuh :24 – 26, Jakarta.

Palaniappan, S.P., 1988. Cropping System in The Tropic. Wiley Eastern Limited and and Tamil Nadu Agricultural university.

Prihatini, T., A. Kentjanasari dan J. Sri Adiningsih, 1996. Peningkatan Kesuburan Tanah Melalui Pemanfaatan Biofertilizer dan Bahan Organik. Makalah dsampaikan dalam Seminar Nasional Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Universitas Brawijaya, Malang.

Silitonga, C., 1994. LISA, sistem Pertanian Akrab. Buletin Kyusei Nature Farming 03 (2) : 69 - 70.

Sugito, Y., Nuraini, dan E. Nihayati, 1995. Sistem Pertanian Organik. Faperta. Unibra, Malang.

Thahir dan Hatmadi, 1985. Tumpang Gilir (Multiple Cropping). Direktorat Penyuluhan Pertanian Pasar Minggu, Jakarta.

Trenbath, B. R., 1976. Plant Interaction in Mixed Crop Communities. . Matthias Satelly (ed). Multiple Cropping American Society of Agronomy. Crop Science Society of America and Soil Science of America Inc. Visconsin.129 - 169

Wididana G.N, dan T. Higa, 1994. Effective of Microorganisms on The Growth and Production of Crop. Buletin Kyusei Nature Farming 03 (2) : 27 - 35.

Wididana G.N, dan T. Higa1994. Penuntun Bercocok Tanam Padi dengan Teknologi EM-4. PT. Songgolangit Persada, Jakarta

Wididana G.N, M. S Wigenasantana, dan T. Higa, 1994. Application of Effective Microorganisms (EM) and Bokashi onNatural Farming. Buletin Kyusei Nature Farming 03 (2) : 47 - 54.

Jumat, 23 Januari 2009

Mengapa Organik ????

Ada delapan alasan mengapa harus mengkonsumsi pangan organik :

1. Untuk menjadi sehat minimal kita dapat mulai dengan apa yang kita makan

sehari-hari. Karena nasi (beras) adalah 60% s/d 70% dari total yang kita makan setiap hari , jadi nasi ( beras ) sangatlah berpengaruh bagi kesehatan kita. Bayangkan berapa milli gram unsur kimia yang masuk dalam tubuh kita setiap hari .?????

2. Berhenti mengkonsumsi bahan-bahan kimia.

Semua panganan yang dibudidaya secara konvensional menggunakan pestisida sintetis/kimia) mengandung residu bahan-bahan kimia. Semua jenis pestisida merupakan bahan Karsinogenic (Zat yang ditimbulkan karena pembakaran yang bisa merangsang tumbuhnya kanker).

3. Melindungi Anak.
Anak-anak mudah terserang racun daripada orang dewasa. Sebuah penelitian dilakukan pada tahun 1980-an menyimpulkan bahwa rata-rata anak-anak terkena bahan beracun penyebab kanker empat kali lebih banyak dari pada orang dewasa, dimana sebagian berasal dari jenis-jenis makanan anak-anak yang mereka makan. Memilih makanan memiliki sebuah efek penting bagi kesehatan anak di masa depan.

4. Melindungi kualitas air, udara dan tanah.

Mengkonsumsi pangan organis berarti kita ikut serta dalam pemulihan ekosistem yang telah rusak serta berperan serta secara aktif menjaga keseimbangan alam.

Ada beberapa racun-racun POP (Persistent Org Pollutant)yang perlu diwaspadai akibat dari pemakaian pestisida sintetis/kimia selain DDT yang terdapat dalam tanah, udara dan air, diantaranya adalah :
aldrin, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, toxaphenyl,
hexachlorobenzene, PCB (polychlorinated biphenyls), dioxin, furans.

5. Melindungi Kesehatan Pekerja Pertanian.
Dengan mengkonsumsi produk organis berarti turut membantu perjuangan
mereka bagi sebuah lingkungan kerja yang sehat.
Contoh kasus :

a. 18 Penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, TBC atau kanker saluran pernafasan.
b. 12 orang petani di klaten meninggal dunia akibat racun DDT.

6. Mendukung Petani-petani Lokal Bersakala Kecil.
Membantu komunitas kita untuk mencapai ketahanan pangan.

7. Produk Organis Sebenarnya Tidak Mahal.
Banyak biaya tersembunyi jika kita membeli produk-produk yang diproduksi secara konvensional. Harga rendah pangan-pangan konvensional menandakan bahwa para pekerja pertanian tidak menerima upah yang adil.

Seorang ibu berkomentar setelah mengkonsumsi pangan organis, diantaranya adalah : "semenjak makan beras organik, keluhan rasa sakit mulai berkurang. Jadi kami bisa menghemat uang untuk ke Dokter dan berobat dan suami dapat bekerja seperti biasa". "Produk organis lebih tahan lama,tidak cepat basi, begitupun berasnya, beras organis tidak cepat bau apek, sehingga saya dapat menyimpan sayuran organis dan berasnya lebih lama. Inikan dapat menghemat uang belanja!".

8. Rasa Pangan organis Lebih Baik.
Menurut orang yang terbiasa mengkonsumsi pangan organis, terasa lebih manis dan renyah, dan kesegarannya juga lebih beraroma wangi, empuk, dan lebih awet.

PESTISIDA PERANAN DAN BAHAYANYA.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pestisida adalah salah satu hasil teknologi modern dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Penggunaannya dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat walau bagaimanapun, pestisida adalah bahan yang beracun.

Penggunaan pestisida yang salah atau pengelolaannya yang tidak bijaksana akan dapat menimbulkan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program Lingkungan Persatuan Bangsa-bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sector pertanian.

Sebagian besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang, yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang sebenarnya terjadi diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angka tersebut didapati dari kasus yang dilaporkan sendiri oleh korban, maupun dari angka statistik.

Banyak kasus keracunan yang terjadi di lapangan tidak dilaporkan oleh korban sehingga tidak tercatat oleh instansi yang terkait. Di Indonesia sebagai negara agraris di mana sebagian besar Penduduknya bermata pencaharian di sector pertanian, sejak repelita ke-3 telah melakukan berbagai program untuk Penyehatan Lingkungan Pemukiman dalam upaya pengamanan pestisida.

Namun hingga kini masih didapat kasus-kasus keracunan pestisida yang cukup serius pada para pelakuk di sector pertanian.

FAKTA DAN DATA AKIBAT BURUK PESTISIDA.

Fakta-fakta dilapangan menunjukkan bahwa :
1. Diketemukannya data penyakit-penyakit akut yang diderita pada kelompok petani, seperti hamil anggur pada isteri-isteri petani di Lembang.

2. 12 orang petani di Klaten meninggal dunia akibat keracunan pestisida.

3. 18 penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, penyakit kulit eksim basah, TBC, kanker saluran pernafasan.

4. Ditemukan katak cacat tanpa sebelah kaki akibat penggunaan pestisida kimia oleh staf pengajar Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fak. Kehutanan IPB.

5. Penipisan cangkang telur burung elang.

6. 25% dari 2400 wanita pada tahun antara 1959 - 1966 yang pernah melahirkan bayi dengan bobot di bawah normal memiliki kandungan DDT yang telah terurai pada darahnya lima kali lebih besar dari kadar normal.

7. Tahun 2001 terjadi kematian pada ayam-ayam di sekitar lahan pertanian akibat akumulasi paparan pestisida yang terbawa angin. (Kusnadi Umar Said,Puncak Jawa Barat).

Data tersebut diatas di ambil dari berbagai sumber termasuk informasi darimajalah pertanian. Jadi prospek 2 sampai 5 tahun mendatang pangan organic merupakan trend komoditas bisnis yang sangat bagus.

Apabila dalam memenuhi pasar lokal yang masih minim prosentasenya dalam menguinakan pangan organik. Sementara pemerintah kita sedang gencar - gencarnya untuk menanam pertanian Organik.

Berbagai seminar- seminar sudah sering dilakukan baik itu pihak departement pertanian , departement kesehatan , para pejabat teras, bulog bahkan LSM-LSM pun turut serta dalam berpartisipasi agar masyarakat indonesia dan para petaninya agar untuk mengkosumsi dan menanam pangan Organik.

Sekarang rata-rata para petani di Indonesia sudah banyak yang membuka lahan dan mengembangkan pertanian organic. Terbukti menurut Komentar para Petani yang sudah 5 sampai dengan 8 tahun mengembangkan dan membudidayakan pertanian organik , income dari petani tanaman organic menuju keadaan membaik daripada petani dengan pertanian kimiawi / anorganik.

Alasannya disamping pendapatan hasil pertaniannya meningkat plus mereka juga menikmatipola dan gaya sehat secara alamiah dan murah.

Mari Hidup Sehat

Residu pestisida kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan terakumulasi dalam tubuh kita dan dapat membahayakan kesehatan. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan aktif yang bersifat racun dari pestisida kimia tidak terbuang ke luar tubuh, tetapi akan terakumulasi di dalam jaringan dan dapat memicu timbulnya kangker, penurunan kesuburan, gangguan fungsi syaraf, kerusakan hati, ginjal, dan paru-paru.

Beras dan sayuran sebagai bahan pangan utama yang kita konsumsi setiap hari sangat berpotensi mengandung residu pestisida berbahaya. Sebab menurut hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa sebagian besar beras yang dihasilkan dari jalur Pantura - Jawa Barat telah tercemar 5 jenis residu insektisida berbahaya, yaitu Klorporifos , Lindan, Endosulfan, BPMC, dan Karbofuran dengan residu yang telah melebihi batas aman.

Siapkah Anda mempertaruhkan kesehatan Anda setelah mengetahui fakta-fakta tersebut? Kita masih mempunyai banyak pilihan untuk menuju gaya hidup sehat. Diantaranya dengan memulai mengkonsumsi bahan makanan yang sehat dan bebas residu pestisida berbahaya.

Kamis, 22 Januari 2009

Impor Beras dan Nasib Petani

Republika. Selasa, 05 September 2006
Wahyudin Munawir

Dalam kalender nasional, tampaknya ada bulan-bulan tertentu di mana isu impor beras mencuat. Yaitu bulan-bulan ketika musim kering sedang mencapai puncaknya. Kali ini, di tahun 2006, isu impor beras kembali mencuat di bulan September. Di tahun 2005, isu impor beras juga muncul di bulan September. Begitu pula tahun sebelumnya.

Namun, ada hal berbeda pada isu impor beras tahun 2005 dan 2006. Pada September 2005 waktu isu impor beras mencuat, harga beras masih di bawah Rp 3.500 per kilogram (kg). Saat itu ada kesepakatan, kalau harga beras masih di bawah Rp 3.500 per kg, pemerintah berjanji tidak akan impor beras. Saat itu, masyarakat dan para pemerhati perberasan mengingatkan kepada pemerintah agar jangan mengimpor beras. Bila impor beras tetap dilakukan, artinya sama dengan 'membunuh' petani. Tapi apa yang terjadi? Pemerintah, tanpa sepengetahuan rakyat dan DPR, tetap impor beras. Alasannya, harga beras di beberapa tempat sudah di atas Rp 3.500 per kg, meski kemudian alasan itu terbukti tidak benar.

Pada tahun 2006, kejadian itu kembali berulang. Alasannya juga sama, harga beras pada September sudah sangat tinggi, yaitu Rp 5.091 per kg, naik 58,23 persen dibandingkan harga rata-rata Agustus 2005. Perhitungan itu diketahui dari 614 transaksi di 16 provinsi. Betukah? Pengalaman tahun 2005, ternyata alasan tersebut tidak benar. Tapi seandainya alasan itu benar, kenaikan itu sangat wajar karena didorong kenaikan harga BBM. Dari sanalah patut dipertanyakan: apakah impor beras itu akan berdampak baik terhadap kehidupan mayoritas bangsa Indonesia yang sebagian besar petani miskin?. Ketika pemerintah baru saja memutuskan untuk impor beras, harga beras langsung anjlok di beberapa sentra perdagangan beras. Di pasar beras terbesar di Jakarta, Cipinang, misalnya, harga beras langsung turun Rp 100 - Rp 200 per kg. Di sentra produksi beras, penurunan harga beras makin tajam lagi. Di Kecamatan Cimalaya, Cikampek, Jabar, misalnya, harga beras langsung turun hingga Rp 3.850 per kg. Ini adalah penurunan yang amat drastis dan sangat merugikan petani karena sejak kenaikan BBM Oktober 2005, kebutuhan untuk penanaman padi seperti pupuk dan pestisida naik tinggi sekali. Jika kondisi tersebut dibiarkan petani akan 'mati suri'.



Beberapa catatan

Dari gambaran tersebut, ada beberapa catatan yang perlu kita perhatikan. Pertama, harga beras pada September 2006 mencapai Rp 5.091 per kg. Ini artinya, naik sekitar 68 persen dibanding harga beras rata-rata pada bulan September tahun 2005, yang mencapai Rp 3500 per kg. Kenaikan itu, jelas dipicu kenaikan harga BBM pada Oktober 2005. Dibanding kenaikan harga minyak tanah yang sekitar 280 persen, kenaikan harga beras yang hanya mencapai 68 persen tersebut, jelas 'masih terlalu kecil'. Ini artinya, harga beras tersebut masih merugikan petani. Jadi, ketika pemerintah menyatakan harga beras sudah terlalu tinggi sebetulnya pernyataan tersebut menyesatkan karena tidak di-compare dengan kenaikan harga minyak tanah.

Kedua, pemerintah tampaknya abai terhadap dampak kenaikan harga BBM. Kita tahu sejak kenaikan harga BBM Oktober 2005 yang rata-rata sekitar 200 persen, semua kebutuhan hidup harganya naik. Namun, apa yang terjadi? Pemerintah tetap memakai Inpres No 13/2005 untuk menetapkan harga gabah petani --yaitu Rp 3.350 per kg. Ini jelas tidak realistis dengan perkembangan harga kebutuhan hidup para petani, termasuk kenaikan pupuk dan pestisida yang naik rata-rata di atas 30 persen. Jadi, bila ada tuntutan dari masyarakat bahwa harga beli gabah dari petani hendaknya dinaikkan, hal itu sangat wajar. Sebab jika tidak, petani akan sangat dirugikan.

Apa arti semua ini? Pemerintah memang kurang mendengar suara rakyat dan tidak mau melihat realitas yang sebenarnya. Yaitu, ketika harga beras di dalam negeri sebetulnya sudah sangat murah, pemerintah mau impor lagi dengan alasan untuk menurunkan harga beras yang sudah tinggi. Padahal harga beras impor sangat tinggi dan pemerintah akan mensubsidi harga beras tersebut agar beras lokal turun. Ini namanya kebijakan jungkir balik. Dampaknya, harga beras lokal pun terguncang, lalu anjlok. Yang dirugikan adalah petani. Alasan masyarakat dan sebagian anggota DPR yang anti-impor beras pun cukup rasional. Kenapa harus impor beras padahal harga beras sudah sangat murah dibanding harga yang semestinya?

Pemerintah selalu membuat kriteria yang sulit dibuktikan kesahihannya. Persediaan beras di Indonesia sudah mulai kritis karena cadangan beras di Bulog kurang dari satu juta ton (Itu pernyataan pada tahun 2005. Sekarang, tahun 2006, berubah lagi, yaitu persediaan beras aman kalau cadangan beras di Bulog mencapai 350 ribu ton). Jika tahun 2005 impor beras dilakukan untuk memenuhi cadangan beras satu juta ton, sekarang impor beras dilakukan untuk memenuhi cadangan beras 350 ribu ton. Asumsi tersebut kini dipertanyakan karena pemerintah sendiri plin-plan dalam menggunakan asumsi tersebut dari tahun ke tahun.

Persoalan berikutnya, pemerintah selalu memutuskan impor beras tanpa mempertimbangkan pendapat publik. Ketika debat publik impor beras baru berlangsung dan mayoritas masyarakat tidak setuju impor beras, pemerintah memutuskan untuk impor beras sebesar 210 ribu ton. Alasannya klasik, impor harus dilakukan karena persediaan beras berdasarkan data BPS sudah tipis. Terkadang ada alasan lagi, yaitu pemerintah tak bisa membatalkan kontrak dengan pihak penjual di luar negeri. Ini kasus tahun 2005 karena secara diam-diam pemerintah (yang didikte swasta) sudah bikin kesepakatan dulu dengan pihak luar negeri untuk impor beras padahal belum ada keputusan di dalam negeri.

Alasan pemerintah tersebut jelas menimbulkan reaksi keras masyarakat. Pers kemudian mengendus ternyata ada keanehan-keanehan dari impor beras tersebut. Antara lain, soal jumlah beras impor sebenarnya, soal catatan harga beras di pasar internasional dan nasional, soal kualitas beras, dan lain-lain. Kesimpulan pers, ada indikasi impor beras ini bersifat KKN. Uniknya, pemerintah tetap bertekad impor beras. Dari pengalaman tersebut, wajarlah jika kemudian banyak pihak yang curiga, jangan-jangan impor beras 2006 pun penuh rekayasa.

Dari perspektif itulah, kita bisa memahami kenapa impor beras tersebut bermasalah. Wapres Jusuf Kalla pernah mengingatkan bahwa harga beras semahal itu sudah di luar jangkauan sebagian besar rakyat miskin yang mayoritas petani. Padahal tidak seperti BBM, masyarakat tidak mungkin menurunkan konsumsi berasnya. "Berapa pun harga beras, pasti konsumsinya akan 120 kg per orang per tahun," kata Kalla. Apa yang dikatakan Wapres sebagian ada benarnya. Tapi juga ada salahnya karena para petani miskin yang terbiasa menderita, cukup lentur dalam memenuhi kebutuhan pangan pokoknya.

Saya yang tinggal di sebuah kampung di Cikijing, Ciamis, misalnya, tahu persis bagaimana orang-orang miskin makan nasi campur jagung plus singkong jika harga beras mahal. Jika pun mereka punya beras atau gabah simpanan, kalau harganya mahal mereka akan menjualnya agar mendapat uang yang cukup untuk memenuhi keperluan hidup yang lain (biaya anak sekolah, beli baju, dll). Sementara untuk menu makan sehari-hari bisa dikompromikan. Melihat fenomena tersebut, kita bisa melihat bahwa impor beras lebih besar mudharatnya bagi petani.

* Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi PKS

Sumber: http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=263201&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=

© nasih@ugm.ac.id : 2006-10-04

PERTANIAN TERPADU SEBAGAI PILAR KEBANGKITAN BANGSA INDONESIA

Oleh: R. Umar Hasan Saputra

I. PENDAHULUAN

Sejak Bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya tahun 1945, bangsa ini telah melalui berbagai orde dalam upaya membangun dan menata dirinya. Tercatat orde yang telah dilalui adalah orde lama, orde baru dan orde reformasi, sampai entah orde apa namanya pada saat ini. Orde pembangunan yang telah silih berganti tersebut ternyata belum mampu mensejahterakan kehidupan rakyat, bahkan saat ini terdapat indikasi bahwa kehidupan rakyat semakin menderita.

Seandainya benar Indonesia digambarkan sebagai ibu pertiwi maka orde pembangunan yang selama ini ada masih membuat ibu pertiwi “bersusah hati” dan “berwajah muram”. Belum ada satu orde pun yang mampu membuat ibu pertiwi “bahagia”, “berwajah cantik” dan “berseri”. Memang sangat ironis, Indonesia sebagai suatu negeri yang sangat kaya bagai untaian zamrud katulistiwa harus mengalami kejadian seperti sekarang ini, sangat memilukan sekaligus memalukan.

Dalam perjalanannya, diakui atau tidak, sesungguhnya orde baru-lah yang pernah membuat pembangunan di Indonesia terencana dan terlaksana dengan cukup baik melalui program PELITA-nya. Sampai PELITA ketiga, pembangunan diprogramkan secara benar dan dilaksanakan dengan sangat baik dengan pertanian sebagai basis utama, sehingga Indonesia yang tadinya merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara pengekspor beras. Setelah pertanian “dikuasai”, mulai PELITA keempat Indonesia mengalihkan arah pembangunannya ke pembangunan sektor industri dengan sumber dana utama berasal dari investasi asing yang biasanya berbentuk pinjaman baik pinjaman pemerintah maupun swasta. Mengingat saat itu Indonesia merupakan negara yang sangat stabil dengan kemajuan ekonomi yang sangat nyata maka investasi atau pinjaman tersebut mengalir sangat deras masuk ke Indonesia.

Secara teori pembangunan sektor industri yang dimaksud pada saat itu tidak meninggalkan sektor pertanian. Hanya saja pada kenyataannya sektor pertanian pada masa itu dinomorduakan dibanding sektor industri. Akibatnya Indonesia jatuh kembali menjadi negara pengimpor beras, atau bahkan pengimpor sumber-sumber pangan yang lainnya seperti sekarang ini. Mulai saat itu hampir tidak ada lagi kemandirian pangan dari bangsa ini karena pertanian diabaikan dan banyak segala sesuatunya harus diimpor.

Terlepas ada tidaknya skenario global dalam masalah ini, ternyata banyak dari pinjaman yang diberikan mulai jatuh tempo harus dibayar mulai tahun 1997. Pada tahun yang sama pun terjadi krisis finansial pada bath Thailand yang ternyata berdampak pada rupiah Indonesia. Ironisnya krisis finansial dari Thailand yang seharusnya merupakan angin sepoi-sepoi, di Indonesia angin tersebut menjadi badai. Di Indonesia krisis finansial ini terus berlanjut menjadi krisis ekonomi yang salah satunya ditandai dengan banyaknya industri berbahan baku impor mengalami kebangkrutan yang kemudian disusul dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawannya.

Krisis ekonomi ini menjadi semakin parah karena Indonesia telah mengabaikan pertaniannya. Pada saat itulah orang Indonesia mulai kekurangan pangan. Hungri man angri man, karena kekurangan pangan (lapar) inilah rakyat Indonesia mulai sulit untuk diatur dan tidak taat hukum dan aturan sehingga krisis yang terjadi di Indonesia terus berlanjut menjadi krisis multidimensi, yang belum dapat diatasi sampai kini.

II. DASAR PEMIKIRAN

Apa yang telah terjadi pada bangsa Indonesia saat ini merupakan buah dari apa yang telah dilakukan oleh bangsa ini sebelumnya. Namun demikian tidak benar pula apabila kita terus menyalahkan apa yang telah dilakukan pada masa sebelumnya tanpa adanya upaya keras dari kita untuk memperbaiki keadaan. Apa yang dilakukan bangsa Indonesia sebelumnya, walaupun merupakan suatu kesalahan adalah suatu proses atau perjalanan sejarah yang tidak perlu terlalu disesali, tetapi harus dikaji agar tidak terulang pada masa selanjutnya. Yang harus dilakukan bangsa ini adalah bagaimana menyongsong masa hadapan dan tidak terjebak dalam kungkungan kesalahan-kesalahan masa lalu.

Pertanian yang terabaikan adalah salah satu contoh kesalahan masa lalu yang berdampak sangat luas terhadap kondisi Indonesia saat ini secara keseluruhan. Suatu kepastian bahwa pertanian sebagai penyedia kebutuhan dasar manusia, yakni pangan, harus kembali menjadi prioritas utama pembangunan di Indonesia disamping sektor pendidikan. Permasalahannya kini, pertanian seperti apakah yang harus dikembangkan agar mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan.

Secara harfiah, pertanian dapat diartikan sebagai upaya pemanenan sinar matahari, atau transformasi energi matahari menjadi energi organik. Ditinjau dari komoditasnya, pertanian terdiri pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, hortikultura, peternakan dan perikanan, sedangkan apabila ditinjau dari ilmu yang membangunnya, pertanian dibangun dari ilmu-ilmu keras (hard sciences) dan ilmu-ilmu lunak (soft sciences) baik pada kekuatan ilmu-ilmu dasar, terapan dan lanjutan maupun ilmu-ilmu kawinannya.

Berdasarkan pengertian pertanian di atas, terlihat bahwa pertanian merupakan suatu ilmu dan produk dari suatu komoditi dengan cakupan yang sangat luas. Selanjutnya memandang cakupannya yang demikian maka pengembangan ilmu-ilmu pertanian tidak dapat berdiri sendiri. Mereka harus dipadukan sehingga dihasilkan suatu teknologi yang mampu menyediakan pangan bagi bangsa ini secara berkelanjutan (sustainable). Dengan demikian pada gilirannya nanti teknologi yang dihasilkan tidak lagi terkungkung pada satu bidang ilmu saja, tetapi sudah merupakan teknologi frontier. Oleh karena itu ditinjau dari ilmu-ilmu yang membangunnya ilmu pertanian yang harus dikembangkan adalah ilmu pertanian terpadu.

Walaupun ditinjau dari komoditinya cakupan pertanian sangat luas, namun sesungguhnya mereka saling mengadakan interaksi dalam suatu ekosistem. Ekosistem inilah yang membentuk pertanian secara keseluruhan. Sebagai contoh sederhana adalah apabila dalam suatu kawasan ditanam jagung, maka ketika jagung tersebut panen, hasil sisa tanaman merupakan limbah yang harus dibuang oleh petani. Tidak demikian halnya apabila di kawasaan tersebut tersedia ternak ruminansia, limbah tersebut merupakan berkah karena akan menjadi makanan bagi hewan ruminansia tersebut. Hubungan timbal balik akan terjadi ketika ternak mengeluarkan kotoran yang digunakan untuk pupuk bagi tanaman yang ditanam di kawasan tersebut.

Apabila pertanian dikembangkan secara sendiri-sendiri maka sisa tanaman, atau kotoran dari ternak merupakan limbah yang dapat menimbulkan masalah dan penanganannya memerlukan biaya tinggi sehingga akan meningkatkan biaya produksi usaha pertanian. Bila demikian halnya sama seperti pada pengembangan ilmu pertanian, secara produksi pun pertanian memerlukan keterpaduan atau pertanian terpadu. Oleh karena itu pertanian terpadu merupakan pilar utama kebangkitan bangsa Indonesia karena akan mampu menyediakan pangan yang aktual bagi bangsa ini secara berkelanjutan.

Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrien dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

III. PENGEMBANGAN PERTANIAN TERPADU

A. Pendidikan Pertanian Terpadu

Sebelumnya telah diungkapkan bahwa pertanian yang harus dikembangkan di Indonesia adalah pertanian terpadu. Seperti juga pembangunan sektor-sektor lain maka pendidikan sebagai upaya penyedia sumberdaya manusia dalam bidang pertanian terpadu harus dilaksanakan. Pendidikan pertanian terpadu merupakan langkah utama yang harus dilaksanakan dalam upaya pengembangan pertanian secara keseluruhan. Pendidikan inilah yang akan mencetak tenaga-tenaga ahli pertanian terpadu sehingga sanggup siap serta mampu mengaplikasikan dan bekerja secara nyata di lapangan di lapangan. Hanya manusia-manusia yang telah melalui pendidikan secara benarlah yang akan mampu mengadakan lompatan-lompatan teknologi dalam bidang pertanian terpadu ini.

Permasalahannya kini bagaimana pendidikan pertanian terpadu secara formal dapat dilaksanakan terutama pada tingkat pendidikan tinggi. Paradigma pendidikan tinggi pertanian Indonesia saat ini dari mulai awal (baik strata S0 maupun S1) telah mengacu pada suatu komoditas. Dengan demikian apabila pendidikan pertanian terpadu ini dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung akan merubah paradigma yang selama ini ada.

Untuk menjawab permasalah di atas, ada baiknya dibahas terlebih dahulu pada taraf mana masing-masing strata tersebut berada. Strata 0 dan 1 (diploma atau sarjana) merupakan strata pendidikan yang berada pada taraf aksiologi atau pemanfaatan ilmu. Pada taraf ini lulusan tidak dituntut untuk memahami metode dari suatu ilmu namun mereka harus mampu mengaplikasikan ilmu tersebut di lapangan. Selain itu pada taraf ini mereka dianggap belum mempunyai kemampuan yang cukup untuk melakukan pengembangan ilmu melalui penelitian. Hal inilah yang menyebabkan dalam tulisan S0 maupun S1 tidak dikatakan melakukan penelitian, tetapi melakukan percobaan.

Strata 2 (magister) dikatakan berada pada taraf epistimologi atau metode ilmu. Pada taraf ini lulusan disamping telah mampu mengaplikasikan ilmu, mereka pun harus mampu mengembangkan aplikasi dari ilmu tersebut berdasarkan metode-metode yang telah dipelajari. Pada taraf S2 inilah maka lulusan sudah cukup dipercaya untuk melaksakan penelitian untuk pengembangan ilmunya, dan pada tulisannya tidak lagi dikatakan percobaan.

Strata 3 (doktor) merupakan strata terakhir dan berada pada taraf ontologi atau hakekat ilmu. Pada taraf ini seorang lulusan disamping telah memahami tentang metode-metode dalam ilmunya, mereka pun harus memahami posisi maupun hakekat dari ilmu yang dipelajarinya.

Tinjauan aksiologi, epistimologi maupun ontologi telah menunjukkan bahwa pertanian terpadu hanya dapat dilaksanakan pada taraf aksiologi. Dengan demikian pendidikan tinggi pertanian terpadu hanya berada pada tingkat diploma dan sarjana dan tidak pada tingkat pascasarjana baik magister maupun doktor.

Menurut pemikiran penulis berdasarkan tinjauan di atas dan keadaan di lapangan yang menuntut keterpaduan berbagai bidang ilmu, program pendidikan yang sebaiknya dikembangkan pada strata 0 dan I adalah program pendidikan pertanian terpadu. Pada strata II adalah program pendidikan berdasarkan komoditas seperti peternakan, perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan holtikultura sedangkan pada strata III program pendidikan berdasarkan ilmu seperti fisiologi, nutrisi, genetika dan sebagainya. Keterpaduan yang dimaksud pada strata I disamping mempelajari masalah produksi, pun dipelajari masalah pengolahan maupun pemasarannya sehingga lulusan pada taraf S0 dan S1 ini akan sanggup siap serta mampu mengelola alam ini secara benar dan bertanggung jawab.


B. Produksi Pertanian Terpadu

Produksi dalam bidang pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan ini sebaiknya ada sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

IV. METODE SAINS FALSAFIYYAH DALAM PERTANIAN TERPADU

Metode sains falsafiyyah mengukur kebenaran sesuatu dalam 3 taraf. Ketika kebenaran diperoleh hanya berdasarkan nalar dengan dukungan teori-teori universal dan biasanya bersifat deduktif, maka kebenaran berada pada taraf ilm al-yaqin (baca ilmul yaqin), sedangkan ketika kebenaran diperoleh dari hasil percobaan atau pengamatan secara empiris, maka kebenaran tersebut berada pada taraf ain al-yaqin (baca ainul yaqin). Selanjutnya kebenaran ketiga adalah kebenaran yang didasarkan pada firman Tuhan yang ada dalam kitab suci. Kebenaran ketiga ini biasa dikatakan dalam kebenaran mutlak atau berada pada taraf haq al-yaqin (baca haqqul yaqin) (Nasoetion, 1999).

Permasalahannya kini, apakah benar pertanian terpadu merupakan pilar utama dalam upaya bangsa Indonesia untuk bangkit dan memperbaiki keadaan dengan menyediakan pangan yang aktual. Oleh karena itu kebenaran pertanian terpadu ini akan ditinjau dengan metode sains falsafiyyah pada masing-masing taraf.


A. Taraf Kebenaran Ilm Al-yaqin

Berdasarkan teori-teori yang ada, argumentasi kebenaran pertanian terpadu sebagai penyedia pangan yang paling efektif dan efisien sudah tidak diragukan lagi. Siklus dan keseimbangan nutrien serta energi yang akan membentuk suatu ekosistem secara keseluruhan akan terjadi dalam sistem pertanian terpadu. Dengan demikian secara deduktif pertanian terpadu akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan biaya produksi.


B. Taraf Kebenaran Ain Al-yaqin

Pengamatan dan percobaan secara empiris telah menunjukkan bahwa pertanian terpadu merupakan bentuk pertanian yang paling baik karena hampir tidak ada komponen (yang dalam pertanian tidak terpadu dapat saja dikatakan limbah) yang terbuang. Tercatat beberapa negara telah mengembangkan pertanian terpadu secara sukses seperti Cina dan Ekuador. Selain itu pengalaman penulis di salah satu lokasi pertanian di Jawa Barat dengan menerapkan sistem pertanian terpadu telah mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi. Dengan demikian berdasarkan apa yang telah dilakukan bangsa lain dan pengamatan serta pengalaman empiris penulis maka disimpulkan kebenaran pertanian terpadu pun berada pada taraf ain al-yaqin. Walaupun contoh-contoh yang diambil belum banyak namun pengambilan kesimpulan ini bersifat induktif.


C. Taraf Kebenaran Haq Al-yaqin

Taraf kebenaran haq al-yaqin didasarkan pada firman Tuhan dalam kitab suci, dan karena penulis seorang muslim maka kitab yang menjadi rujukan adalah Al-qur’an. Dalam Al-qur’an surat Al-Hijr ayat 19-20 Tuhan berfirman sebagai berikut :

“Dan kami hamparkan bumi, kami jadikan pada bumi tersebut gunung-gunung, dan kami tumbuhkan segala sesuatunya (di bumi) dengan menjaga keseimbangan (ekosistemnya) agar bumi ini kami jadikan sebagai sumber rezeki bagi kamu (manusia) dan bagi mahluk lain yang rezekinya bukan urusan kamu” (QS.15:19-20).

Dari firman di atas telah jelas bahwa Tuhan menggambarkan bahwa menumbuhkan sesuatu (pertanian) harus dengan menjaga keseimbangan ekosistemnya. Sementara dalam bagian sebelumnya penulis telah menyatakan bahwa pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem adalah pertanian terpadu. Dengan demikian Tuhan pun menginginkan adanya pertanian terpadu.

Dengan pertanian terpadu (keseimbangan ekosistem yang terjaga) maka setidaknya ada 2 tujuan Tuhan:

1. Tuhan akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi umat manusia.

2. Tuhan akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi mahluk lain di luar manusia yang rezekinya pun bukan urusan manusia.

Secara sederhana apa yang diinginkan Tuhan tersebut dapat dipahami karena dengan pertanian terpadu kita tidak pernah mematikan bahkan mengajak hidup organisme lain. Contoh organisme tersebut adalah cacing dan bakteri perombak bahan organik yang ikut hidup ketika kita bertani walaupun mungkin organisme tersebut tidak kita tumbuhkan atau kita tidak bermaksud menghidupi organisme tersebut. Inilah yang dimaksud bahwa Tuhan pun akan menjadikan bumi ini sebagai sumber rezeki bagi mahluk lain yang rezekinya bukan urusan kita. Secara ilmiah aktivitas dari “mahluk lain” tersebut akan meningkatkan produktivitas dari lahan kita dan secara agamawi mahluk lain akan terus berdoa akan keberhasilan dan keberlanjutan pertanian terpadu ini agar mereka pun dapat terus melanjutkan kehidupannya.

V. PENUTUP

Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi rakyat bangsa ini. Pengujian kebenaran melalui metode sains falsafiyyah menunjukkan bahwa kebenaran pertanian terpadu berada pada taraf ilm al-yaqin, ain al-yaqin dan haq al-yaqin. Dengan demikian tidak ada keraguan dari kita terhadap kebenaran pertanian terpadu sehingga apabila hal ini dapat dilaksanakan dan dikembangkan, dapat diharapkan bangsa ini dapat tampil sebagai bangsa yang disegani dan menyongsong masa hadapan dengan mantap, apalagi pada era kesejagatan (globalisasi) nanti.

PUSTAKA

Nasoetion, A.H. 1999. Pengantar ke filsafat sains. Litera Antar Nusa. 229 hal.



Sumber: http://tumoutou.net/702_04212/r_umar_hs.htm

Fakta dan Kebijakan Perberasan

Selasa, 24 Januari 2006

Fakta dan Kebijakan Perberasan
Bayu Krisnamurthi

Beras merupakan komoditas dengan permintaan yang inelastis di mana perubahan harga hampir tidak menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika ketersediaan kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas konsumsinya. Ketersediaan beras yang cukup menjadi sangat penting, baik untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk menjaga agar harganya tidak melonjak tinggi sehinga tidak terjangkau oleh konsumen. Terutama, konsumen berpendapatan tetap dan rendah.

Berdasar Sensus Pertanian 2003, total petani diperkirakan berjumlah 24,869 juta KK. Petani yang terkategori petani penggarap dan petani pemilik dengan tanah yang luas diperkirakan hanya sekitar 10 persen hingga 15 persen. Sebagian besar adalah petani yang hanya memiliki tanah garapan kurang dari setengah hektare. Sebanyak 13,253 juta KK adalah petani gurem serta buruh tani yang pada musim paceklik menjadi net-konsumen.

Petani adalah produsen juga konsumen. Dengan demikian, pembelaan terhadap petani tidak dapat hanya dilakukan dari sisi kepentingannya sebagai produsen, tetapi juga dari kepentingan keluarga petani yang juga konsumen. Sebagian besar mereka miskin, tidak memiliki sarana penyimpanan, dan berbagai keterbatasan lain.

Sentra-sentra produksi beras terdapat pada daerah tertentu, sementara daerah-daerah lain seperti NTT, Papua, Maluku, DKI, Riau, Kepri, dan Kaltim, mengalami defisit beras. Dengan demikian menjadi suatu kewajiban untuk menyediakan stok yang cukup dan merata bagi seluruh rakyat di seluruh wilayah Indonesia dengan harga yang terjangkau.



Kebijakan untuk petani

Untuk melindungi kepentingan petani (sebagai produsen), tahun 2006 pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang dimaksudkan agar harga beras tidak jatuh. HPP beras tahun 2006 adalah Rp 3.550/kg (HPP tahun 2005 adalah Rp 2.790/kg). Harga gabah kering panen Rp 1.730/kg (tahun 2005 Rp 1.330/kg), dan gabah kering giling Rp 2.280/kg (tahun 2005 Rp 1.765/kg).

Dalam hal ini HPP telah dinaikkan hingga 30 persen demi menjaga pendapatan petani. Bulog bertugas untuk melakukan pembelian beras dan gabah apabila harga berada di bawah HPP tersebut. Pada kondisi di mana harga yang terbentuk di pasar telah melampaui batas harga yang dianggap terjangkau oleh masyarakat, maka Bulog harus melakukan operasi pasar.

Selain kebijakan soal harga, keberpihakan terhadap petani di tahun 2006 diwujudkan juga dalam pemberian subsidi pupuk yang ditingkatkan dari Rp 2,53 triliun (tahun 2005) menjadi Rp 3,00 triliun (tahun 2006). Subsidi benih juga dinaikkan dari Rp 106 miliar menjadi Rp 115 miliar. Kebijakan lainnya adalah menambah kredit ketahanan pangan (KKP) dari plafon Rp 2,4 triliun menjadi Rp 3 triliun.

Agar harga terjangkau oleh konsumen, instrumen yang digunakan pemerintah adalah program raskin dan pengendalian harga. Bulog bertugas menstabilkan harga melalui operasi pasar murni, yakni dengan menambah pasokan beras ke pasar dengan harga tertentu.

Kemampuan Bulog melakukan stabilisasi harga bergantung pada persediaan yang jumlahnya perlu terus dijaga pada tingkat aman, yakni tidak lebih rendah dari 1 juta ton. Jumlah 1 juta ton diperoleh dari analisis yang dilakukan badan pangan dunia, FAO, selama 25 tahun terakhir dari sekitar 60 negara di dunia termasuk Indonesia. Analisis itu menyatakan bahwa risiko ketidakmampuan pasokan mencapai 3 persen hingga 5 persen dari total konsumsi.

Angka resiko itu sudah diturunkan dari sekitar 5 persen hingga 8 persen pada tahun 1980an, karena pertimbangan distribusi dan transportasi yang sudah lebih baik.Oleh sebab itu, suatu negara atau wilayah harus memiliki stok sebesar 3 persen hingga 5 persen terhadap total konsumsinya. Jadi, jika konsumsi Indonesia adalah 32 juta per tahun, maka Indonesia harus mempunya stok yang dapat segera didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia (stok pemerintah) antara 900 ribu hingga 1,5 juta ton.

Pemerintah menetapkan 1 juta ton sebagai pendekatan yang moderat. Jumlah stok itu pun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rakyat dalam 10 hari saja, sementara cadangan BBM ditetapkan minimum 21 hari. Jumlah ini diperlukan tidak saja untuk keperluan di atas tetapi juga untuk keadaan darurat, bencana alam, dan penyaluran beras untuk golongan TNI/Polri, dan lembaga pemasyarakatan.

Sejak pertengahan 2005, harga gabah dan beras selalu lebih tinggi dari harga yang ditetapkan pemerintah. Di satu sisi, hal ini menunjukkan keberhasilan kebijakan perberasan melindungi kepentingan petani. Petani menikmati harga yang baik. Namun di sisi lain, hal tersebut menimbulkan masalah karena Bulog mengalami kesulitan dalam menambah stok pemerintah.



Kewajiban Bulog

Bulog membeli dengan dana yang telah ditetapkan dalam APBN, demikian juga jumlah yang harus dibeli (terkait dengan jumlah keluarga miskin yang harus dilayani dan raskin yang harus disalurkan). Apabila Bulog membeli di atas harga yang ditetapkan maka akan melanggar UU APBN.

Hal ini juga ditunjukkan oleh kondisi di lapangan. Bulog diperintah untuk menambah stok dari dalam negeri dengan dukungan sepenuhnya dari seluruh jajaran pemerintah dan pemerintah daerah. Dari suplus yang disebutkan mencapai 2,7 juta ton, ternyata untuk membeli 100 ribu ton saja (sekitar 3 persen saja dari suplus) tidak dapat dilakukan.

Komitmen para pedagang dan penggilingan hanya sebesar 21 ribu ton. Bahkan realisasinya hanya sekitar 10 ribu ton. Lagi-lagi masalah harga menjadi pertimbangan. Bulog hanya bisa beli dengan harga Rp 3.550 sedangkan pedagang ingin menjual dengan harga lebih tinggi. Kalaupun pemerintah menugaskan Bulog untuk tetap membeli dengan harga lebih tinggi, maka harga di tingkat konsumen, termasuk yang harus dibayar oleh keluarga petani, akan melonjak.

Rata-rata harga beras dalam dua pekan terakhir 2006 telah naik dibanding harga rata-rata dalam dua bulan terakhir 2005. Tertinggi terjadi di Ternate sebesar 31 persen, di Jakarta mencapai 19 persen, dan rata-rata nasional mencapai sekitar 21 persen. Tingginya harga beras menyebabkan pengadaan dalam negeri sangat sulit dilakukan. Akibatnya stok pemerintah (bukan stok masyarakat) akan kurang dari 1 juta.

Untuk menghadapi bencana, peluang bencana, serta kekurangan pasokan bahan pangan di beberapa daerah, bahkan ada daerah yang sudah mengalami masalah kelaparan, stok pemerintah harus diamankan. Pengadaan untuk persediaan (stok) diutamakan dari dalam negeri namun pada kondisi tertentu pengadaan dilakukan dari luar negeri.



Batasan impor

Fokus utama kebijakannya bukan pada impor tetapi pada penguatan stok pemerintah. Kalaupun penguatan stok pemerintah itu dilakukan dengan kebijakan impor, maka harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian agar tidak merugikan petani. Harus dipastikan bahwa saat impor dilakukan harga diterima petani tetap terjaga. Hingga saat ini hal tersebut masih dapat dilakukan.

Itulah sebabnya impor hanya dilakukan maksimum sampai 31 Januari 2006, sebelum dimulainya panen raya pada Februari 2006. Impor dilakukan hanya di daerah-daerah bukan basis produksi padi seperti Papua, NTT, Kalimantan Timur, juga di daerah-daerah khusus seperti Aceh, untuk memenuhi kepentingan pengungsi. Impor juga hanya dilakukan pemerintah (melalui Bulog), dan ditegaskan bahwa impor oleh swasta tetap dilarang.

Untuk mengamankan kebijakan impor beras maka izin dikeluarkan dengan persyaratan yang sangat ketat, meliputi mutu dan volume yang dapat diimpor dan pelabuhan tujuan. Juga dilakukan verifikasi penelusuran teknis di pelabuhan muat. Koordinasi antarinstansi terkait termasuk Polri dan TNI terus digalang untuk mencegah adanya impor ilegal.

Impor dimaksudkan hanya untuk mengisi stok/persediaan minimal Bulog, dan tidak akan dijual ke pasar bebas, sehingga tidak akan mendistorsi harga. Pengendalian harga dilakukan melalui mekanisme raskin dan operasi pasar khusus yang dilakukan pada daerah konsumen, tidak di daerah produsen. Keputusan dan persiapan impor beras telah memperhatikan prosedur, baik legal-formal maupun kesepakatan-kesepakatan, termasuk saran Komisi VI DPR RI.



Bayu Krisnamurthi, Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan

Sumber: http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=232308&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2

Senin, 19 Januari 2009

Pola Makan Sehat

Banyak penyakit berat bersumber dari makanan atau pola makan yang salah. Seperti hipertensi, asam urat, ginjal, kolestrerol bahkan kanker. Makanan memang erat kaitannya dengan kondisi kesehatan. Terbukti sejak jaman Nabi pun makanan sudah diatur, seperti makanan halal, haram, menyehatkan, memabukkan bahkan bisa menjadi sumber beragam penyakit. "Makanlah selagi lapar, jangan makan berlebihan, hentikan sebelum merasa kenyang," demikian kurang lebihnya petikan sebuah Hadis Nabi.

Untuk mendapatkan tubuh bugar dan sehat sebenarnya mudah, hidup teratur, cukup istirahat, rutin berolahraga, hindari stres dan pola makan yang sehat.

Pola makan yang sehat itu seperti apa sih? tentu yang mengandung semua unsur gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh, baik protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Sumbernya harus dipilih yang sealami mungkin. Berikut beberapa tip pola makan untuk hidup lebih sehat.

Pola Makan
Untuk Hidup Sehat

1. Sebisa mungkin hindari makanan dengan kandungan lemak (minyak, mentega, margarin, santan) yang tinggi. Kecuali Anda ingin badan menjadi melar dan lemak menggelambir di mana-mana. Sebenarnya dengan pola menu seimbang, asupan lemak sudah tercukupi lewat lemak alami yang terdapat di dalam kacang-kacangan atau biji-bijian.

2. Hindari bahan pangan atau makanan yang berpengawet. Jika terpaksa membeli bahan pangan di dalam kemasan, pilih bahan pangan yang mencantumkan dengan jelas "TANPA PENGAWET" Ini penting karena perut Anda bukan lumbung awetan. Jangka panjangnya, zat ini bisa menjadi pemicu kanker.

3. Pilih makanan atau minuman yang berwarna putih alami. Banyak orang, terutama anak-anak, selalu memilih makanan yang berwarna karena lebih menarik. Namun setelah Anda membaca tulisan ini, tinggalkan kebiasaan Anda menimbun zat aditive di dalam tubuh. Pilih makanan atau minuman yang tanpa pewarna alias berwarna putih. Kecuali warna alami dari bahan makanan tersebut, seperti cokelat dari bubuk cokelat, merahnya stroberi dll. Seperti membeli bahan puding misalnya, pilih yang putih, kerupuk juga pilih yang tanpa pewarna. Dengan demikian Anda terhindar dari kemungkinan risiko kanker karena dari pewarna tersebut.

4. Jangan menambahkan saus, kecap, garam dan bumbu-bumbu penyedap secara berlebihan. Jika memungkinkan hindari bahan pangan ini. Karena senyawa monosodium glutamat yang terdapat di dalam bumbu penyedap hanya memanjakan lidah Anda namun tidak untuk kesehatan.

5. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran. Vitamin, mineral, air, zat fitonutrien, antioksidan dan serat di dalam bahan pangan ini sungguh anugerah yang luar biasa. Selain badan menjadi sehat dan bugar, andapun terbebas dari risiko beragam penyakit seperti kanker karena kebanyakan buah dan dan sayuran mengandung serat yang dapat mengikat zat karsinogen penyebab kanker saluran pencernaan. Hindari durian dan emping karena mengandung gas dan tingi lemak, sedangkan emping mengandung purin pencetus asam urat. Cuci bersih sayuran dan buah sebelum di makan untuk mengindari kontaminasi bakteri dan residu pestisida.

6. Lupakan jeroan, otak, makanan berkuah santan kental, kulit ayam dan kuning telur. Bahan pangan ini merupakan sumber lemak penyebab obesitas dan ganguan kardiovaskular. Pilih daging tanpa lemak, makanan berkuah bening, susu rendah lemak, susu kedelai, yogurt, putih telur, dan ikan sebagai sumber protein yang baik.

7. Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan. Pilih makanan dengan metode memasak di kukus, di rebus atau di tumis dengan sedikit minyak. Metode menggoreng, memanggang dan di bakar kurang disarankan, selain mengandung banyak lemak, metode memasak ini juga merusak nilai gizi makanan karena panas tinggi. Apalagi makanan dibakar seperti satai misalnya, makanan yang gosong karena dibakar dapat memicu timbulnya kanker.

8. Perbanyak minum air putih, minimal 8 gelas sehari, hindari minuman beralkohol, bersoda dan minuman dengan kandungan gula dan kafein tinggi. Jus sayuran dan buah juga baik untuk menjaga dan memelihara kesehatan tubuh.

Selamat Menjalani Hidup Sehat

10 TIPS MEMILIH MAKANAN SEHAT

Kamis, 06 Maret 2008 19:09
KapanLagi.com

Siapa sih yang tak mau hidup sehat? Semua orang pasti ingin menjalani kehidupan sehat jasmani dan rohani. Menuju hidup sehat dapat ditempuh dengan banyak cara. Salah satunya lewat pola makan kita. Menurut para ahli, kunci jadi sehat adalah mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Singkatnya, kita bisa mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang tak hanya mengandung banyak kalori tapi kaya nutrisi. Berikut 10 tips yang dapat Anda ikuti untuk mendapatkan makanan sehat, tapi juga masih terasa enak di lidah.

1. Konsumsi Makanan Yang Kaya Nutrisi.Dibutuhkan 40 jenis nutrisi untuk membuat tubuh Anda tetap sehat. Dan satu jenis makanan saja tak bisa mencukupi asupan semua jenis ini. Pilihan makanan sehari-hari Anda seharusnya mencakup karbohidrat dan produk padi-padian penuh lainnya,buah-buahan, sayuran, produk susu serta daging, ikan atau makanan yang mengandung protein lainnya. Seberapa banyak makanan yang perlu seharusnya Anda makan tergantung dari kalori yang dibutuhkan tubuh Anda.

2. Konsumsi Padi-Padian Penuh, Buah dan Sayuran. Survey menunjukkan kalau kebanyakan orang tak cukup mengkonsumsi jenis makanan ini. Apakah Anda sudah menyantap 6-1 porsi nasi atau sereal, apakah 3 porsi dari jenis yang Anda makan ini termasuk padi-padian penuh? Apa Anda sudah menyantap makanan yang terdiri dari 2-4 porsi buah dan 3-5 porsi sayuran? Jika Anda termasuk yang tak menikmati jenis makanan ini sebelumnya, maka mulai saat ini beri kesempatan pada diri Anda untuk mencicipinya.

3. Atur Berat Badan Seimbang. Berat badan yang sesuai untuk Anda tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis kelamin, tinggi badan, usia dan keturunan. Kelebihan berat berat badan membuat tekanan darah Anda meningkat, menyebabkan sakit liver, stroke, diabetes, dan beberapa jenis kanker atau penyakit lainnya. Tapi memiliki tubuh terlalu kurus juga bisa menyebabkan osteoporosis, ketidakseimbangan menstruasi dan masalah kesehatan lainnya. Jadi berat badan seimbang sangat mempengaruhi kesehatan.

4. Makan Dalam Ukuran Yang Layak. Jika Anda mempertahankan ukuran porsi Anda yang masuk akal, lebih mudah untuk menyantap makanan yang Anda inginkan supaya Anda tetap sehat. Apa Anda tahu rekomondasi makanan masak yang disajikan adalah 3 ons. Ukuran sedang buah-buahan adalah satu porsi dan satu cangkir pasta yang seimbang dua porsi, dan 4 porsi es krim.

5. Makan Secara Teratur. Melewatkan jam makan hanya akan membuat kontrol rasa lapar hilang, bahkan hasilnya malah jadi rasa lapar yang berlebihan. Saat Anda merasa lapar, itu juga berarti Anda melupakan soal nutrisi dalam makanan Anda. Menyantap camilan di antara jam makan satu-satunya cara yang dapat membantu Anda mengatasi rasa lapar, tapi jangan makan camilan berlebihan.

6.Kurangi, Bukan Membatasi Porsi Makan. Kebanyakan orang menyantap makanan untuk menyenangkan diri. Jika makanan favorit Anda jenis yang tinggi lemak, garam atau gula, kunci untuk menjadikannya layak. Periksa terlebih dahulu kandungan dalam diet makanan Anda dan ubahlah jika itu perlu. Bagi orang dewasa yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak atau produk susu penuh dalam setiap makanan mereka, sebenarnya sudah menyantap terlalu banyak lemak. Manfaatkan daftar nutrisi dalam label makanan untuk membantu Anda menyeimbangkan pilihan makanan.

7. Seimbangkan Pilihan Makanan Anda Setiap Saat. Tak semua makanan harus sempurna. Saat Anda menyantap makanan tinggi lemak, garam atau gula, pilih yang bahan-bahannya paling rendah. Jika Anda melewatkan kelompok makanan ini dalam sehari, perbaiki di hari berikutnya.

8. Mengetahui Kesulitan Program Diet Anda. Perbaiki kebiasaan makan Anda, pertama kenali apa yang salah dengan pola makan Anda. Tuliskan apapun yang Anda makan dalam tiga hari, lalu periksa daftar tersebut dan cocokkan dengan tips ini. Apa Anda terlalu banyak menyantap mentega, saus, krim atau salad? Dari pada menghilangkannya sama sekali, lebih baik kurangi porsi Anda. Apa Anda merasa tak puas dengan menyantap buah dan sayuran? Jika tidak, Anda mungkin melewatkan nutrisi vital dalam makanan.

9. Buat Perubahan Secara Bertahap.Tak pernah ada 'makanan super' atau diet sehat yang mudah, jangan mengharapkan bisa langsung menghapus kebiasaan makan Anda dalam semalam. Mulai lah melakukan perubahan setahap demi setahap hingga mencapai hasil positif, dan jadi kebiasaan pola makan sehat sepanjang hidup. Untuk lebih mudahnya, jika Anda tak menyukai susu tanpa lemak, coba susu redah lemak. Pada akhirnya mungkin Anda juga akan menyukai susu tanpa lemak.

10. Ingat, Makanan Bukan Sebuah Kebiasaan Buruk. Pilih makanan yang didasarkan pada pola makan total Anda, bukan berdasarkan 'baik' atau 'buruk.' Jangan merasa bersalah jika Anda menyukai makanan seperti pie, kripik kentang, cokelat atau es krim. Makan secara layak, dan pilih makanan lain yang dapat menyeimbangkan gizi Anda dan beragam yang lain, yang baik untuk kesehatan Anda. (primusweb/erl)

Tanaman Sehat Belum Diminati

PURWOKERTO- Produk tanaman sehat berpupuk organik kurang diminati
masyarakat. Akibatnya, petani kesulitan menjual produk mereka. ''Banyak petani
terpaksa menjual murah,'' ujar Teguh Imam, salah satu koordinator bidang
Paguyuban Jaringan Petani Organik Banyumas (Japomas).
Dia mengemukakan tanaman sehat yang sudah dibudidayakan petani Banyumas
antara lain padi pandanwangi, pandan mentik, molok, gandamana, rajalele, bawor,
sariwangi, mentik wangi, serta ketan hitam lokal. Harga jual antara Rp 3.500 dan
Rp 4.000/kg. ''Saya juga mengembangkan padi jasmin asal Taiwan. Beras itu sudah
banyak dijual di supermaket di Purwokerto.''
Saat ini, kata dia, petani tanaman sehat masih menemui banyak kendala. Misalnya,
produk mereka masih dianggap mahal dan pembeli terbatas. Karena itulah dia
berharap Dinas Pertanian membantu mempromosikannya. Setidaknya ada
keberpihakan ke petani yang menerapkan pola pertanian ramah lingkungan.
''Misalnya, mengenalkan padi yang ditanam petani. Meski, banyak pejabat
cenderung membeli beras produk luar daerah, bahkan mancanegara,'' kata
perangkat Kelurahan Purwonegoro itu.
Dia menyatakan kini masih banyak petani membutuhkan informasi soal teknik budi
daya tanaman ramah lingkungan. Karena itu Japomas akan membuat jaringan lebih
luas antarpetani organik. Apalagi masih banyak lahan pertanian tercemar aliran air
dari areal tanaman berpupuk kimia.

Jumat, 16 Januari 2009

Tol Trans - Jawa versus Swasembada Pangan

Tol Trans - Jawa versus Swasembada Pangan
Oleh: Hatta Sunanto
KR. 28/11/2008

PEMBANGUNAN jalan tol Trans-Jawa sepanjang 652 kilometer dari Cikampek (Jawa Barat) sampai Surabaya (Jawa Timur) akan menggunakan lahan seluas 4.264 hektar. Sebagian besar merupakan lahan sawah yang selama ini digunakan petani untuk usaha tani tanaman pangan dan untuk menghasilkan komoditas pangan. Hanya sebagian kecil saja areal perkebunan dan areal kehutanan yang digunakan untuk keperluan pembuatan jalan tol tersebut.

Dengan akan dibangunnya jalan tol Trans-Jawa itu maka tentu saja nantinya juga akan hilang ribuan hektar lahan sawah yang akan digunakan untuk pembangunan fisik infrastruktur, misalnya untuk perumahan atau permukiman, pabrik atau industri dan lain-lain terutama di sekitar jalan tol tersebut. Jika dilihat dari aspek ekonomi maka keberadaan jalan tol tersebut sangat bermanfaat karena biaya transportasi akan lebih efisien dan efektif, serta dapat menumbuhkan perekonomian di sekitar jalan tol. Namun jika dilihat dari program peningkatan hasil produksi pertanian, maka dampaknya cukup berat. Terjadilah kontradiksi antara program pembangunan jalan tol dengan program peningkatan hasil produksi pangan atau program swasembada pangan. Dalam hal ini pemerintah dihadapkan pada dilema negara kita yang tercinta ini berpredikat “bukan negara agraris, dan bukan negara industri”.

50 Tahun Lagi Lahan Pertanian Habis

Jika sekarang ini sektor industri kita mengalami kelesuan karena sangat terpengaruh oleh kondisi “krisis global”, bagaimana kondisi pembangunan pertanian kita sekarang ini? Sebaiknya kita mengapresiasi pemerintah Orde Baru, sebab program pembangunan pertanian itu telah direncanakan dan dilaksanakan secara bertahap melalui Repelita I sampai dengan Repelita V. Sedang program pembangunan pertanian pada masa pasca Orde Baru tidak terlihat apa programnya dan bagaimana pelaksanaannya. Kita melihat kenyataan, bahwa hampir semua komoditas pangan seperti: beras, jagung, kedelai, dan lain-lainnya, serta komoditas perkebunan yang berupa gula pun sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang ini masih harus selalu diimpor untuk mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Jika ada pernyataan bahwa Indonesia berhasil mencapai tingkatan swasembada pangan atau tidak lagi mengimpor bahan pangan, maka pernyataan itu bertendensi politik. Sebab, dari tahun ke tahun lahan pertanian yang tersedia untuk tanaman pangan mengalami penyempitan terus-menerus yang sulit dihambat, sedangkan produktivitas (hasil produksi per hektar pangan terutama beras) dalam kondisi status quo atau tidak mengalami perkembangan. Dengan demikian sangat rasional jika Indonesia harus mengimpor bahan pangan terus-menerus dengan volume yang semakin besar karena perkembangan jumlah penduduk yang sangat pesat.

Sesungguhnya masalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang tersedia untuk tanaman pangan itu sudah sangat terasa dan terlihat sejak pemerintahan Orde Baru. Dan tentunya lebih terasa dan sangat terlihat setelah pembangunan jalan tol Trans-Jawa itu terwujud. Data yang diungkapkan Prof Gunawan Satari pada tahun 2001 menyatakan bahwa pada tahun 1988 tersedia areal panen tanaman pangan seluas 9,89 juta hektar dan sampai tahun 2000 terjadi pengurangan areal panen sebesar 2,8 juta hektar. Sementara Departemen Pertanian mengungkapkan bahwa seluas 55.000 hektar lahan sawah di Jawa setiap tahunnya berailh fungsi menjadi non pertanian (Kedaulatan Rakyat, 19 April 1991). Pada periode tahun 1999-2002, terjadi pengurangan lahan sawah di Jawa seluas 107.482 hektar. Dengan data tersebut maka dapat diperkirakan bahwa 50 tahun lagi lahan sawah di Jawa akan habis.

Dari sedikit pemaparan di atas dapat diambil kongklusi bahwa proses penyempitan lahan sawah yang tersedia untuk usaha tani tanaman pangan terutama beras, sangat sulit dihentikan karena perkembangan jumlah penduduk yang sulit ditekan dan proses pengembangan pembangunan infrastruktur atau pembangunan fisik yang sangat dibutuhkan itu juga sulit dihambat. Akibatnya program pencapaian swasembada pangan terutama beras semakin sulit dicapai sehingga volume impor pangan akan semakin besar dari tahun ke tahun.

Pada masa-masa mendatang, impor pangan akan semakin sulit dipenuhi sebab negara-negara produsen pangan seperti Vietnam, Thailand, Burma atau Myanmar yang hasil produksi pangannya kita beli atau kita impor menghadapi masalah yang sama, yaitu perkembangan jumlah penduduk yang sulit ditekan dan proses pembangunan fisik yang menggunakan lahan pertanian juga sulit dihambat. Jika demikian maka kemungkinan besar dapat terjadi “bencana kelaparan atau kekurangan gizi” yang dapat melumpuhkan semua kegiatan manusia.

Saran

Kecukupan pangan itu bagi manusia adalah sangat utama, dan sangat menggembirakan jika negara kita ini dapat mencapai tingkatan swasembada pangan. Namun swasembada pangan itu sulit dan semakin sulit dicapai karena di satu sisi perkembangan jumlah penduduk (konsumen pangan) semakin meningkat pesat dan sulit ditekan meskipun dilaksanakan program Keluarga Berencana (KB), sedang di sisi lain lahan pertanian yang tersedia untuk usaha tani tanaman pangan semakin berkurang dan produktivitas (produksi per hektar) tanaman pangan tidak berkembang. Semakin berkurangnya atau menyempitnya lahan pertanian karena digunakan untuk pembangunan fisik yang sulit dicegah, termasuk juga jika jalan tol Trans-Jawa itu terealisasi.

Dalam konteks tersebut maka pemerintah seharusnya bersungguh-sungguh memikirkan:
1. Jalan tol Trans-Jawa menghindari atau jangan melewati lahan pertanian atau lahan sawah yang subur, terutama yang berpengairan teknis. Jika memungkinkan, jalan yang melewati lahan subur itu dibuat dalam bentuk jalan layang.
2. Mengusahakan secepatnya agar tingkat produktivitas tanaman pangan meningkat tinggi melalui penerapan bioteknologi. Dengan demikian pembangunan pertanian sungguh-sungguh diprioritaskan, bukan hanya sekadar melontarkan slogan program revitalisasi pertanian yang teoritis itu. q - g. (4926-2008).

*) Ir Hatta Sunanto MS, Lektor Kepala (IV/d) pada STIE Pariwisata API Yogyakarta, Pengamat Pembangunan Pertanian dan Pariwisata.

Jitu Memilih Beras

Beragam jenis beras dijual di pasaran. Telitilah sebelum membeli. Demi menjaga kesehatan keluarga, perhatikan hal-hal berikut saat memilih beras:

1. Pemutih
Jangan cepat tertarik beras berwarna putih bersih, lebih mengilat, harum dan lebih murah. Beras berciri seperti ini pada umumnya telah diberi pemutih dan pengharum.

2. Warna Wajar
Belilah beras yang berwarna putih wajar, tak terlalu mengilat, dan tidak berbau.

3. Sertifikasi
Belilah beras yang sudah disertifikasi dan dikemas dalam karung.

4. Kualitas Baik
Tanyakan ke toko langganan Anda, beras yang berkualitas paling baik. Tanyakan juga, jumlah air yang harus digunakan agar pulennya nasi sesuai dengan selera keluarga.

5. Kualitas Buruk
Beras berkualitas buruk akan berwarna kekuningan dan baunya berubah, setelah didiamkan lebih dari 6 jam. Tambahkan air jeruk nipis pada aronan beras ini agar warna nasi lebih putih.

6. Lebih Lembab
Beras berkualitas kurang baik cenderung lebih lembab, sehingga tak perlu menggunakan banyak air saat dimasak.

7. Toko Langganan
Sebaiknya Anda punya toko beras langganan agar selalu mendapat beras berkualitas paling baik. Dan bila beras yang Anda beli tak sesuai, dapat dikembalikan atau ditukar.

8. Mengoplos Beras
Agar nasi tak terlalu lembek atau perak, Anda dapat mengoplos atau mencampur beras sendiri. 1 bagian beras pulen dicampur 1/2 bagian beras perak, aduk rata. Tak perlu terlalu banyak air saat memasaknya.
9. Tekstur Beras
Jika Anda menyukai nasi bertekstur agak keras, gunakan lebih banyak bagian beras perak. Misalnya, 1/2 beras pulen dan 1 bagian beras perak. Saat memasaknya, gunakan air lebih banyak.

10. Sekali Makan
Beras oplosan sendiri ini sebaiknya digunakan untuk sekali makan keluarga saja, agar rasa dan warnanya tak cepat berubah.

APA ITU BERAS ORGANIK

Beras organik adalah beras yang ditanam di tanah yang ramah lingkungan, 100% tidak menggunakan pestisida kimia. Perlu waktu lama untuk menghasilkan beras organic yang betul-betul murni. Kenapa ? karena untuk mengembalikan ekosistem tanah yang sudah lama terkontaminasi oleh pestisida tidaklah mudah dan cepat, perlu waktu lama, idealnya 5 sampai dengan 15 tahun. Selain harus mengembalikan ekosistem tanah, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar menghasilkan beras organic yang berkualitas, diantaranya adalah :

1. Lokasi lahan harus jauh dari polusi, misalnya : asap knalpot motor, limbah pabrik dll.
2. Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organic (masih menggunakan pestisida).
3. Countur tanah Terasiring.
4. Lahan-lahan pertanian yang berada di sekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida.

MENGAPA HARUS ORGANIK.
Ada delapan alasan mengapa harus mengkonsumsi pangan organis :

1. Untuk menjadi sehat minimal kita dapat mulai dengan apa yang kita makan sehari-hari. Karena nasi (beras) adalah 60% s/d 70% dari total yang kita makan setiap hari , jadi nasi ( beras ) sangatlah berpengaruh bagi kesehatan kita. Bayangkan berapa milli gram unsur kimia yang masuk dalam tubuh kita setiap hari .?????

2. Berhenti mengkonsumsi bahan-bahan kimia.
Semua panganan yang dibudidaya secara konvensional (menggunakan pestisida sintetis/kimia) mengandung residu bahan-bahan kimia. Semua jenis pestisida merupakan bahan Karsinogenic (Zat yang ditimbulkan karena pembakaran yang bisa merangsang tumbuhnya kanker).

3. Melindungi Anak.
Anak-anak mudah terserang racun daripada orang dewasa. Sebuah penelitian dilakukan pada tahun 1980-an menyimpulkan bahwa rata-rata anak-anak terkena bahan beracun penyebab kanker empat kali lebih banyak dari pada orang dewasa, dimana sebagian berasal dari jenis-jenis makanan anak-anak yang mereka makan. Memilih makanan memiliki sebuah efek penting bagi kesehatan anak di masa depan.

4. Melindungi kualitas air, udara dan tanah.
Mengkonsumsi pangan organis berarti kita ikut serta dalam pemulihan ekosistem yang telah rusak serta berperan serta secara aktif menjaga keseimbangan alam. Ada beberapa racun-racun POP (Persistent Org Pollutant) yang perlu diwaspadai akibat dari pemakaian pestisida sintetis/kimia selain DDT yang terdapat dalam tanah, udara dan air, diantaranya adalah : aldrin, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, toxaphenyl, hexachlorobenzene, PCB (polychlorinated biphenyls), dioxin, furans.

5. Melindungi Kesehatan Pekerja Pertanian.
Dengan mengkonsumsi produk organis berarti turut membantu perjuangan mereka bagi sebuah lingkungan kerja yang sehat.
Contoh kasus :
a. 18 Penduduk transmigrasi di Lampung Utara meninggal akibat racun tikus, TBC atau kanker saluran pernafasan.
b. 12 orang petani di klaten meninggal dunia akibat racun DDT.

6. Mendukung Petani-petani Lokal Bersakala Kecil.
Membantu komunitas kita untuk mencapai ketahanan pangan.

7. Produk Organis Sebenarnya Tidak Mahal.
Banyak biaya tersembunyi jika kita membeli produk-produk yang diproduksi secara konvensional. Harga rendah pangan-pangan konvensional menandakan bahwa para pekerja pertanian tidak menerima upah yang adil.
Seorang ibu berkomentar setelah mengkonsumsi pangan organis, diantaranya adalah : “semenjak makan beras organis, keluhan rasa sakit mulai berkurang. Jadi kami bias menghemat uang untuk ke Dokter dan berobat dan suami dapat bekerja seperti biasa”. “Produk organis lebih tahan lama, tidak cepat basi, begitupun berasnya, beras organis tidak cepat bau apek, sehingga saya dapat menyimpan sayuran organis dan berasnya lebih lama. Ini kan dapat menghemat uang belanja!”.

8. Rasa Pangan organis Lebih Baik.
Menurut orang yang terbiasa mengkonsumsi pangan organis, terasa lebih manis dan renyah, dan
kesegarannya juga lebih beraroma wangi, empuk, dan lebih awet.

BAGAIMANA CIRI-CIRI BERAS SEMI ORGANIC YANG BERKUALITAS.
Beras SEMI ORGANIC adalah beras yang di tanam dengan Cara Organik tetapi lahan yang di pakai belum organik atau belum di pakai tanam organik sampai 5 Tahun.
Ada beberapa ciri-ciri dari beras Organic yang berkualitas, diantaranya adalah

1. Beras tidak berbau.
2. Bersih, licin, putih dan beraroma wangi.
3. Rasanya gurih.
4. Tidak cepat basi dalam 48 jam.
5. Kualitas lebih baik dari beras import lainnya.
6. Bila di kusumsi akan cepat kenyang.