Senin, 27 Oktober 2008

Belajar Organik, Belajar Sabar(*)

Oleh: Omistriyah
(Pengurus KPM/ Kelompok Perempuan Mandiri),
pendamping Usaha Simpan Pinjam dan Kelompok Usaha
Bersama Pertanian – Bogor


Pada tahun 1998 saya mulai belajar bertani, mulai dari buka lahan sampai menanam. Waktu itu hanya satu petak dengan satu atau dua macam tanaman. Setelah berumur tiga minggu, saya pupuk dengan urea terus sampai tahun 2001. Awal tahun 2001 saya mulai mengenai Mas daniel (ELSPPAT-Bogor) dan kawan-kawannya. Mereka sering membicarakan pertanian organik. Saya juga diajak kak Ida (ELSPPAT, Bogor) ke lahan di Desa Geblug untuk melihat pertanian organik. Saya sering bertanya-tanya bagaimana pertanian organik ini…. Waktu itu saya sering memperhatikan Mas daniel di desa Cijulang yang sangat ulet dengan tanamannya. Lama saya belajar dan mengamati pertanian organik ini.

Awal tahun 2002 saya mulai semakin tertarik dengan tanaman organik. Selain mengurangi modal, juga karena pupuk urea semakin melonjak harganya. Saya mulai dengan sama sekali meninggalkan pupuk urea diganti dengan pupuk kandang. Pertama-tama, hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk urea. Bahkan selama tiga kali saya gagal panen, hanya ada sedikit yang bisa dimakan. Dengan kesabaran walaupun rugi, rugi dan rugi tetap saja saya jalankan.

Setelah saya amati ternyata tanah itu keras seperti pasir dan didalamnya tidak ada bakteri-bakteri. Selanjutnya saya coba mengubur sampah dan pupuk kandang. Setelah lima belas hari sampai satu bulan, mulai ada bakteri-bakteri di dalam tanah. Kurang lebih setelah sembilan bulan tanaman mulai kelihatan agak subur. Panennya kadang bisa dijual, meski kadang hanya untuk dimakan saja. Itu hasil belajar di lahan sendiri dengancara tumpang sari, sistem rolling dan rotasi.

Selain itu saya juga belajar pertanian organik bersama kelompok ibu-ibu. Di Dusun Pangkalan sudah berjalan tiga bulan, di Dusun Cijulang sudah berjalan 2,5 bulan. Dimulai dengan belajar membuat kompos guna mengurangi penggunaan pupuk pabrik. (**)

(*) Di tulis ulang dari buku Belajar dari Petani
Penerbit: SPTN-HPS, LESMAN dan Mitra Tani

Tidak ada komentar: